Skip to content

Metode-Metode Penyaradan Kayu (bag. 1)

    Berikut ini metode-metode yang umum dilakukan dalam penyaradan kayu.

    1. Manual

    Sifatnya yang manual ini menggunakan tenaga manusia yang dilakukan dengan berbagai cara, yaitu pemikulan, penggulingan, dan sistem kuda-kuda. Pada cara pemikulan dilakukan secara perorangan atau berkelompok sesuai dengan ukuran kayu. Biasanya satu kelompok terdiri dari 2 hingga 10 orang. Metode ini masih banyak dijumpai pada kegiatan pemanenan kayu di Jawa.

    Cara penggulingan merupakan metode tertua dengan cara yang sederhana dan murah. Cara ini dilakukan di lapangan yang miring dengan jarak sarad bervariasi antara 400 – 700 m. Sedangkan panjang kayu rata-rata 6 hingga 7 m. Kayu yang akan disarad dengan cara ini adalah kayu yang tidak dikupas kulitnya. Alat yang digunakan untuk menggulingkan kayu disebut Ngablek. Hingga kini alat tersebut masih digunakan di daerah Jawa Tengah.

    Sementara dengan sistem kuda-kuda digunakan di daerah hutan rawa, yang memiliki tanah lembek dan berair. Alat yang digunakan disebut dengan kuda-kuda atau Ongkak. Penyaradan sistem kuda-kuda memerlukan jalur lintasan kuda-kuda dengan lebar 3 – 4 m. Jalur lintasan dibuat dengan cara menumpuk secara melintang kayu-kayu berdiameter kecil, kurang lebih dari 10 m. Karena itulah sistem penyaradan ini dianggap memboroskan sumber daya hutan. Dalam satu kuda-kuda ditarik oleh satu regu penyarad yang terdiri dari 6 – 12 orang dengan panjang batang 4 hingga 6 m, serta jalan sarad mencapai 500 m.

    2. Penyaradan dengan Hewan

    Pada umumnya jenis hewan yang digunakan untuk menyarad kayu adalah sapi, kuda, kerbau, dan gajah. Penggunaan sapi sudah lama digunakan di hutan jati di jawa, sejak pemanenan pertama dilakukan. Ukuran kayu yang disarad antara 2-4 m dengan jarak sarad 750 m. Penyarada dengan sapi menggunakan alat bantu yang disebut kesser atau rakitan. Kesser adalah alat menopang salah satu ujung kayu di tanah, sedangkan rakitan merupakan alat yang dipasang di leher sapi  yang berfungsi untuk mengikat beban yang disarad. Sapi yang digunakan bisa satu ekor atau pun berpasangan. Kelemahan menggunakan metode ini adalah produktivitasnya rendah, yaitu hanya sebesar 0,75-0,85 m3/jam, pada jarak 400-600 m. Penggunaanya pun hanya sampai pukul 11.00 karena sapi tidak tahan dengan cuaca yang panas.